Finally, you're my boy


1. Author : Rany Mei 
2. Judul : Finally, you're my boy
3. Kategori: Romance, Oneshoot
4. Cast:
- Choi Minho
- Park Hyo Jin
- Park Chanyeol
________________
Hai perkenalkan namaku park hyo jin, aku seorang mahasiswa semerster 3. Aku tinggal di seoul bersama oppaku park chanyeol, kami tinggal berdua karena orangtua kami tinggal di incheon. Kami ke seoul hanya untuk kuliah dan oppaku bekerja mengurusi perusahaan appa. Aku dan oppa sudah belajar mandiri sejak duduk dibangku SMA jadi kami tidak perlu repot mengurus diri selama jauh dari orang tua. Ya aku dan oppaku berbeda 5 tahun tapi dia sangat menyayangiku dan selalu menjagaku.
“hyo jin~aaa” teriak oppa dari dapur
“nae oppa, aku segera datang” teriakku dari kamar sambil berlari menuju dapur “wae oppa?” tanyaku dengan nafas tersenggal-senggal
“ah ani, aku ingin memakan sup merah tapi aku tidak bisa memasaknya hahaha” dia tertawa terbahak-bahak sedangkan aku hanya memanyunkan bibirku
“aku kira ada apa, oppa membuatku khawatir. Dasar nampeun oppa” jitakanku mendarat mulus dikepalanya dan seketika itu aku mengambil tujuh langkah lari dari hadapannya “hahaha rasakan itu” cibirku
“yaaaah kau dongsaeng kurang ajar, buatkan aku makanan. Aku sangat lapar, hyo jin aaaaaa” teriaknya kesal tapi aku hanya terkekeh ‘ekekek rasakan, kau kan bisa makan ramen. Salah sendiri membuatku jengkel’
****
“eh hyo jin kau mau kemana?” aku menoleh ke arah sumber suara itu tapi tiba-tiba aku salah tingkah. Ya aku menyukai namja di hadapanku ini, dia begitu tampan dan pintar meskipun orang-orang tidak menyadari ketampanannya tapi bagiku dia sungguh tampan, ramah, dan juga bertanggung jawab. Dia temen sekelasku, aku jarang mengobrol dengannya karena setiap kali aku menatap wajahnya jatungku seperti lari maraton entah dengan kecepatan maximum atau melebihi batas. “hyo jin kau mendengarku?” seketika aku tersadar dari lamunanku dan menetralkan pikiran dan menyembunyikan perasaanku yg sesungguhnya
“umm nae, aaa...” aku menggantungkan kalimatku karena aku sendiri juga bingung harus kemana karena blank ada dia yg tiba-tiba muncul dihadapanku
“kau mau kemana? Mau aku temani?” aku membulatkan mataku tidak percaya apa yg dikatakannya barusan
“eoh? Aku tidak salah dengar?” sontak aku mengeluarkan kata-kata itu karena aku heran tidak biasanya dia mengobrol banyak denganku seperti sekarang apalagi dia menawarkan diri untuk menemaniku. Apa aku tidak salah dengar
“ani, kau mau kemana katakan. Nanti aku yg akan mengantarmu” hah apa benar yg dikatakannya, mungkin ini kesemapatan bagiku untuk bisa dekat dengannya hahahah
“umm boleh, aku mau pergi ke toko buku. Apa kau mau menemaniku?” senyum termanis yg kumiliki kini sedang merekah menunggu jawaban dari orang aku sayangi, eh mungkin kagum ekekekek
“oke kajja, masuk mobilku saja” sepanjang perjalanan menuju toko buku aku hanya tersenyum senang, karena aku tidak menyangka hari ini bisa satu mobil dengannya. Rasanya ini seperti mimpi tapi ini sangat nyata
****
“buku yg kau cari sudah ketemu kan hyo jin? Aku lapar, temani aku makan” dia menggeret tanganku keluar dari toko buku tanpa peduli menunggu jawabanku.
“kita makan disini saja ya, aku suka sekali dengan ramen disini. Sangat lezat dan mengenyangkan” hah ternyata dia cerewet juga ya, selama ini perkiraanku kepadanya sangat berbeda tapi orangnya sangat ramah dan supel. Itu semakin membuatku mengininkannya menjadi namjachinguku ekekek. “hyo jin kenapa daritadi hanya diam saja? Kau mau makan apa?” lagi-lagi memikirkan hal yg tidak masuk akal -_-
“sama sepertimu saja, karena aku tidak terlalu nafsu makan hari ini?”
“yah kau sakit? Eoh?” dia tampaknya sedikit khawatir kepadaku, aku senang melihatnya seperti ini dia terlihat khawatir kepadaku. Tanpa sadar aku tersipu malu “kenapa pipimu merah, kau sakit?”
“ah aniya, aku hanya umm.. mungkin sedikit lelah karena seharian kita belum beristirahat” aku menghembuskan nafas lega karena bisa memberi alasan yg mungkin sedikit masuk akal
“permisi makanan anda sudah datang tuan” pelayan itu memberikan kami dua mangkuk berisi ramen, keliatannya lezat.
“gomawo agashi” senyumnya merekah membuatku ingin sekali mencubit pipinya “kajja makan selagi masih hangat” dia mempersilahkan aku untuk makan dan aku hanya mengangguk memberi jawaban darinya dan mulai mengambil sumpit
(skip makannya)
Saat dimobil perjalanan pulang menuju rumahku kami hanya diam mematung, tidak ada percakapan yg hangat untuk dibicarakan saat ini. Karena aku sudah terlalu lelah untuk hari ini
“gomawo minho~aaa untuk hari ini, kau sangat membantuku” senyumku mengembang dan sejujurnya aku tidak ingin hari ini berlalu, aku ingin lebih lama lagi berada disisinya
“nae cheonma hyo jin, karena itu tugasku untuk mengantarmu” ‘apa yg dia bilang, tugas?’ aku tidak mengerti apa yg dia katakan. Aku mencoba mencerna kata-katanya namun “hyo jin ini sudah malam, sampai kapan kau duduk manis didalam mobilku. Kita sudah sampai didepan rumahmu daritadi” eh aku hampir lupa untuk keluar dari mobilnya ekekek
“sekali lagi gomawo minho~aaa” kulambaikan tanganku seraya mobilnya meninggalkan pelataran rumahku
“oppaaa aku pulang” kucari oppa ku yg ternyata sibuk dengan laptopnya diruang keluarga
“dari mana saja kau? Itu tadi siapa yg mengantarkanmu pulang?” dasar oppa selalu bertanya bertubi-tubi membuatku malas untuk menjawabnya
“aku barusan membeli buku tugas dari dosen dan itu tadi teman sekelasku, dia menawarkan diri untuk mengantarkanku membeli buku lalu mengantarku pulang. Aku mau mandi dulu oppa” teriakku menuju kamarku yg ada dilantai 2
****
“hyo sun cepat turun ini sudah hampir jam 7, kau nanti telat pergi kuliah” omel oppa yg semakin hari semakin bertambah, dengan tergesa-gesa aku menuruni anak tangga
Dddrrttt~ ‘eoh? Ada pesan masuk, dari siapa pagi-pagi begini’
Inbox: Minho~aaa
Morning hyo jin, kau sudah bangun kah? Kau berangkat dengan siapa? Aku akan menjemputmu, tunggu aku 10 menit lagi. Chuu~ sampai bertemu nanti
“uhuuuk” aku tersedak sarapan yg ada dimulutku sekarang ‘apa maksutnya ini, apakah dia sudah gila’
“hyo jin gwenchanayo? Ada apa dengan ponselmu?” tanya oppa khawatir tapi aku hanya membalasnya dengan senyum dangkal yg didalamnya terdapat arti tersendiri
Tintiiiiiin~ ‘aish namja ini kenapa tidak turun terlebih dahulu dan meminta ijin kepada oppa. Asssh dasar’ “oppa aku berangkat nae, oppa kerja yg rajin karena aku jg akan kuliah yg rajin. Have a nice day oppa” kukecup pipinya sebentar lalu berlari meninggalkannya yg memanggil namaku tapi aku menggubrisnya dan terus berlari menuju mobil minho
“yaaah lama sekali kau ini yeoja manis” bentaknya padaku tapi diikuti kata-kata yg membuatku melelah bagaikan ice cream yg telah lama keluar dari lemari pendingin. Namun seketika aku sadar dan menjitak kepalanya “kyaaa appo” rengeknya
“kau ini kenapa tidak turun terlebih dahulu dan meminta ijin kepada oppaku? Dasar tidak sopan” aku mengomel selama perjalanan menuju kampus tapi minho hanya diam sambil berkonsetrasi menyetir mobilnya dijalan raya yg mulai padat
“nah akhirnya kita sampai” dimatikannya mesin mobilnya dan kami bersiap turun dari mobil dan menuju kelas tapi ternyata disini momentnya tidak tepat, banyak pasang mata yg melihat kami turun dari mobil bersama dan mulai mencibir kami yg sedang jalan berdua
****
“aaaah akhirnya selesai juga kuliah hari ini, apa kau lelah hyo jin?” aku menggeleng, karena ini hanya kuliah dan tidak sebanding dengan kemarin seharian keliling mencari buku dan makan bersama “kau hari ini mau kemana hyo jin? Apa mau aku antar lagi?” ‘kenapa dia berubah begitu baik kepadaku setelah kejadian kemarin’ aku mulai berpikiran yg macam-macam tapi aku harus positive thinking karena negative thinking itu bukan sifatku
“aku pulang saja minho~aaa, aku lelah sekali rasanya” sebernarnya aku tidak lelah, melainkan aku merasa unmood hari ini. Entah kenapa aku juga tidak tahu
Sepanjang perjalanan pulang aku hanya diam saja sebaliknya dia mengoceh bagaikan burung beo yg tak ada hentinya tapi aku tidak menggubrisnya sama sekali, aku hanya diam mematung disampingnya.
“gomawo minho~aaa aku turun dulu ya, hati-hati dijalan” kini senyumanku tidak mengembang seperti biasanya. Dengan malas aku masuk kedalam rumah dan menuju kamarku
Buuughh~ kurebahkan tubuhku kekasur yg empuk dan mulai memejamkan mata, aku coba menenangkan pikiranku. Memejamkan mataku dan semua terasa begitu rileks tapi tiba-tiba
Ddrrrrttt~ aku dengan malas mengambil ponsel yg berdering di dalam tasku, kurogoh ponsel itu dan akhirnya ketemu. Kulihat siapa yg menelponku dan itu ternyata minho, kupencet tombol accept.
“yoboseo min....” belum selesai aku melanjutkan perkataanku tapi minho menyerbuku dengan pertanyaan yg bertubi-tubi, tunggu apakah dia mengkhawatirkan keadaanku
“hyo jin~aaaa gwechana? Apa kau sakit? Kau sedang apa sekarang? Apakah sudah makan? Apakah aku boleh kesana untuk mengecek keadaanmu?” aku tersenyum mendengarnya yg khawatir karena sikapku tadi namun aku bersikap jutek kepadanya untuk menutupi sikapku yg sebetulnya senang
“yah pabo minho! Nan gwenchana, aku ingin istirahat jangan ganggu aku dulu, aku belum makan, sebaiknya kau tidak usah kesini karena aku ingin tidur. Puas? Sudah aku akan menutup telponnya, bye”
“yah hyo.... tututut” ku klik tombol untuk mematikan telponnya dan segera juga ku matikan ponselku dan menutup mataku kembali
*****
Seperti yg kalian tahu, semakin hari aku dan minho semakin dekat sampai banyak orang yg mengira jika kami sepasang kekasih, tentu saja aku sangat senang dengan kejadian. Orang yg selama ini ada dikipirannya bukan hanya mimpi melainkan sudah menjadi nyata. Sore ini aku akan menemui minho yg sedang bersama teman-temannya, aku ingin mengajaknya pulang karena aku sudah lelah tapi aku tidak sengaja mendengar obrolan mereka. Aku sebaiknya menunggunya karena tidak enak jika mengganggu mereka
“hey minho apakah kau berhasil dengan rencana kita?” tanya salah satu temannya, lee minhyuk
“apa yg kau maksut heh?” minho menjawabnya dengan nada meninggi
“kau bersama yeoja itu, bagaimana taruhan kita? Kau ternyata hebat juga, hanya dengan waktu kurang dari 1 bulan sudah menaklukan yeoja cuek yg tidak seorangpun bisa mendekatinya tapi kau” mereka ber3 tepuk tangan dan minho diam. ‘kenapa minho diam? Apakah semua ini benar? Apakah aku hanya menjadi bahan taruhannya? Kenapa minho membalas perasaanku seperti ini, aku sudah tulus mencintainya tapi dia apa? dia hanya menjadikanku barang taruhannya. Apakah kau tidak mengerti minho? Hah?’
Aku membuka pintu yg setengah terbuka menjadi terbuka sangat lebar dan berteriak “yaah namja pabo! Aku benci padamu!” tak terasa air matapun turun kepipi dan aku segera berlari menjauh dari mereka, aku berlari sekencang mungkin ‘apakah minho mengerjarku? Apakah dia hanya mempermainkanku’ semua perkataan tadi semakin jelas dikepalaku. Aku menoleh kebelakang ternyata minho tidak mengejarku, hati ini sungguh sakit sekali. Aku menghadang taksi dan segera masuk
****
Setelah kejadian sore itu, aku lebih menutup diri dan banyak menghabiskan waktu dikamar sendirian. Kenapa rasa sayang ku yg tulus dibayar seperti ini, aku membencimu minho~aaa jangan pernah kau menemuiku lagi.
Aku berjalan sendirian ditaman kampus karena aku ingin sendiri meskipun aku memang terbiasa sendiri, tiba-tiba ada suara memanggilku dari belakang
“hyo jin aku rindu padamu” aku mengenal suara ini, suara  orang yg sangat kurindukan namun juga kubenci. Dia semakin mendekat kearahku dan aku semakin jalan menjauh namun dia semakin mendekat dan memelukku kedalam dadanya, aku merasa nyaman aku rindu aroma tubuhnya tapi aku segera tersadar dan mendorongnya menjauhi tubuhku
“hyo jin aku sangat rindu padamu” dia semakin mendekapat tapi aku segera menghentikannya
“kamu masih punya hati? Kamu tidak lebih dari penjahat, kamu sama saja dengan mereka. Aku mendengar semua obrolanmu waktu itu, hatiku sakit sakit sekali. Selama ini aku menganggapmu tulus mendekatiku tapi nyatanya kamu munafik. Aku benci padamu” kutekankan nada bicaraku untuk menutupi isak tangisku yg keluar dan badanku mulai bergetar, sungguh aku sudah tidak tahan. Aku sangat menyayanginya “aku kira kau akan mengejarku tapi ternyata salah, tidak mungkin kan haha aku memang bodoh terlalu mempercayaimu” aku tertawa menunjukkan betapa bodohnya diriku yg terlalu mencintainya
“hyo jin bukan seperti itu, kau salah aku tidak pernah memanfaatkan mu” dia menarikku kedalam peluknya, aku memberontak melawan tapi tenaganya begitu kuat sehingga aku didekapnya sangat erat “memang awalnya aku melakukan taruhan tapi sungguh setelah aku bersamamu, melakukan hal apapun aku menemukan rasa yg mungkin aneh bagiku. Aku mencintaimu tulus hyo jin”
“kau bohong minho kau bohong, kau jahat padaku” kupukul dadanya tapi dia semakin memelukku erat
“dengarkan aku dulu hyo jin, aku tulus mencintaimu sejak berada disisimu aku mengerti apa itu ketulusan. Aku merasa senang melihat senyummu yg manis dan menawan, melihat matamu yg indah, melihat sikap gerak-gerikmu, tingkahmu yg unik, dan sifatmu yg polos. Aku menyukai semua di dirimu, jeogmal saranghae hyo jin~aaaa” aku menangis sesengguhan didalam pelukannya, haruskah aku ragu atau percaya pada perkataannya. Dia menarikku melepaskan pelukan kami, kan menatapku dalam
“hyo jin lihat aku” namun aku tetap menunduk dan menangis, dia mengangkat wajahku untuk menatap matanya “tatap mataku, apa aku sekarang sedang berbohong? Em? Kau meragukan perasaanku?” dia menempelkan tanganku ke dadanya lebih tepatnya kejantungnya “kamu merasakannya kan? Detak jantungku begitu cepat karena aku merasa gugup, aku takut kau begitu membenciku” namun aku tidak menjawab sama sekali, hanya menangis
Kini kedua tangan minho telah diatas pundakku “hyo jin~aaa jeogmal saranghae, mianhae aku memang bodoh. Namja pabo yg tidak pantas untukmu tapi aku sungguh mencintaimu, tolong jangan membenciku” aku semakin terisak dan menunduk, aku bingung harus menjawab apa. ya aku sangat sangat menyayanginya tapi aku juga takut kalau dia membohongiku, aku semakin berpikir dan akhirnya
“hiksss hikss nado saranghae namja pabo” aku menghambur pergi kepelukannya dan menangis sejadi-jadinya
“gomawo hyo jin, aku tidak akan mengecewakanmu lagi. Mianhe” dia mengecup keningku dengan sayang dan cinta yg tulus, aku hanya tersenyum dalam pelukannya. Aku sekarang bahagia sekali
“tapi tunggu kenapa waktu itu kau tidak mengejarku?” aku melepas pelukannya dan melihat wajahnya yg ternyata juga menangis tapi aku tidak menyadarinya
“karena aku.... aku takut kau semakin membenciku dan semakin lari menjauh dariku nae yeojachingu” dia mencubit hidungku gemas
“pabo, aku berharap kau mengejarku waktu itu” aku memanyunkan bibirku tapi dalam sekejap dia mencium bibirku sekilas, aku masih tercengang dan pipiku mulai terasa panas. Hah disini panas sekali, mungkin sekarang pipiku merah seperti udang rebus
“kau kenapa hyo jin? Ini ciuman pertamamu? Hahaha dasar, saranghae hyo jin” dia kembali memelukku erat, aku tersenyum dalam pelukannya
“nae nado saranghae minho~aaaa” semakin kueratkan pelukan diantara kami
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar